fbpx
Kisah Abdurrahman bin Auf, Orang Kaya yang Dijanjikan Surga

Table of Contents

Rahmatanlilalamin.or.id – Abdurrahman bin Auf termasuk kedalam golongan orang yang pertama kali masuk islam (Assabiqunal Awwalun). Ia juga tergolong kedalam sahabat nabi yang diberi kabar gembira oleh Rasulullah  masuk surga.  Pada masa jahiliah atau sebelum masuk islam, ia dikenal dengan nama Abd Amr. Namun setelah masuk islam, Rasulullah memanggilnya dengan nama Abdurrahman bin Auf.

Abdurrahman bin Auf menyatakan diri masuk islam dua hari setelah Abu Bakar Ash-Shidiq berbai’at dan masuk untuk memahami islam. Sebagai generasi awal umat islam, Abdurrahman bin Auf juga tidak lupt dari penyiksaan serta tekanan kaum kafir quraisy seperti umat islam yang lainnya waktu itu.

Namun ia tetap sabar dan tabah menghadapinya.  Abdurrahman bin Auf juga turut ikut serta bersama umat muslim yang lainnya ketika hijrah ke Habasyah untuk menyelamatkan diri dan agama dari tekanan kaum Quraisy.

Sejarah mencatat, Abdurrahman bin Auf  adalah sahabat Nabi yang paling kaya dan juga dikenal sebagai orang yang paling dermawan. Abdurrahman bin Auf dikeal dengan kegemarannya dengan menunaikan sedekah di jalan Allah swt.

Jika ditinjau dari latar belakang keluarganya, sifat dermawan yang dimiliki Abdurrahman bin Auf tidak jauh dari didikan ayahnya yakni Auf bin Abd Auf tentang menepati janji dan mencintai sesama. Didikan ayahnya tersebut menjadikan Abdurrahman bin Auf tumbuh dewasa dengan sikap bijaksana setia, dermawan yang melekat pada dirinya.

Abdurrahman bin Auf senantiasa mengeluarkan hartanya dijalan Allah, ia tidak pernah ragu untuk mengeluarkan hartanya sebanyak apapun itu. Pada waktu perang tabuk Rasulullah memerintahkan kepada kaum Muslimin untuk menginfakan harta benda mereka di jalan Allah. Dengan kepatuhan dan kecintaannya terhadap nabu, Abdurrahman bin Auf memenuhi seruan nabi Saw. Ia menjadi pelopor saat itu dengan menyarahkan dua ratus uqiah emas (1 uqiyah setara 31,7475 gram).

Mengetahui hal tersebut, Umar bin Khattab berkata sambil berbisik kepada Rasulullah saw. “Sepertinya Abdurrahman berdosa karena tidak meninggalkan uang belanja sedikit pun untuk keluarganya.” Kemudian Rasulullahpun bertanya kepada Abdurrahman,”Apakah kau meninggalkan uang belanja untuk istrimu?”

“Ya, Mereka kutinggalkan lebih banyak dan lebih baik daripada yang aku sumbangkan” Jawab Abdurrahman bin Auf. “Berapa” tanya rasulullah. Kemudian Abdurrahman bin Auf menjawab “Sebanyak rezeki, kebaikan, dan pahala yang dijanjikan Allah.”

Selanjutnya ketika pasukan Muslimin berangkat ke Tabuk. Pada perjalanan perang Tabuk Allah menjadikan momen ini untuk memuliakan Abdurrahman bin Auf dengan kemuliaan yang pernah diperoleh oleh siapapun. Ketika waktu shalat tiba, Rasulullah terlambat datang. Dengan demikian Abdurrahman bin Auf yang menjadi imam shalat berjama’ah. Setelag hampir selesai rakaat pertama, RAsulullah tiba, dan kemudian salat dibelakangnya dan mengikuti sebagai makmum. Sungguh taka da yang lebih mulia dimuka bumi ini daripada menjadi imam bagi pemimpin umat dan pemimpin para nabi, yakni Nabi Muhammad saw.

Setelah Rasulullah wafat, Abdurrahman bin Auf diberi tugas untuk menjaga para istri rasulullah. Ia bertanggung jawab untuk menjaga serta memastikan kesejahteraan dan keselamatan para istri Rasulullah tersebut. Dia bertanggung jawab memenuhi segala kebutuhan mereka dan mengadakan pengawalan bagi ibu-ibu mulia itu bila mereka berpergian.

Allah senantiasa melimpahkan keberkahan-Nya kepada Abdurrahman bin Auf sehingga ia menjadi orang terkaya diantara para sahabat yang lainnya. Bisnis yang dijalaninya terus berkembang dan maju.

Semakin besar bisnisnya maka semakain besar pula kedermawanan yang dimiliki oleh Abdurrahman bin Auf. Ia selalu menafkahkan hartanya dijalan Allah, baik secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan. Kekayaannya yang berlimpah tidak mempengaruhi jiwahnya yang dipenuhi dengan iman dan takwa.

Berbahagialah Abdurrahman bin Auf dengan kedermawanan serta limpahan karuan dan kebahagiaan yang diberikan Allah kepadanya. Ketika ia meninggal dunia, jenazahnya diiringi oleh para sahabat dan khalifah pada saat itu, termasuk Saad bin Abi Waqash dan Ali bin Abi Thalib. “Engkau telah mendapatkan kasih sayang Allah, dan engkau berhasil menundukkan kepalsuan dunia. Semoga Allah selalu merahmatimu.” Kata Sayidina Ali bin Abi Thalib dalam sambutannya.