fbpx

Table of Contents

Rahmatanlilalamin.or.id, Kisah Sepotong Roti – Sedekah merupakan amalan yang sangat dianjurkan bagi umat islam karena keutamaan yang ada didalamnya. Disebutkan bahwasannya sedekah memiliki keutamaan dapat menyelematkan umat manusia dari panasnya siksa api neraka.

Tentunya untuk meraih keutaman tersebut, seorang muslim hendaknya menunaikan sedekah dengan ikhlas hanya mengharap ridha Allah Ta’ala. Dalam sebuah kisah sepotong roti yang diriwayatkan oleh Abu Burdah bin Musa al-Asyari kita dapat memetik hikmah sekecil apapun sedekah yang dikeluarkan jika didasari dengan hati yang tulus dan ikhlas maka Allah akan membalasnya dengan kebaikan yang berlipat ganda dan bahkan surga.

Abu musa merupakan orang kepercayaan dan kesayangan Rasulullah SAW, para khalifah serta sahabat-sahabatnya. Kisah sepotong roti ini disampaikannya ketika ia berbaring menunggu malaikat maut datang menjemputnya. Sembari berdzikir, Abu Musa ditemani oleh anaknya yang setiada berada di sebelah ayahnya.

Kisah Sepotong Roti
Foto: Pixabay.com

Untuk menuturkan kisahnya, Abu Musa mengawali dengan bertanya pada anaknya, “Apakah kalian masih ingat kisah seorang lelaki dan sepotong roti?” Ucapnya dengan suara lirih.

Mendengar suara ayahnya yang kian memelan, anak-anaknya merapatkan diri mendekati ayahnya untuk mendengarkan kisah yang mungkin ini merupakan kisah terakhir yang akan keluar dari mulut ayah mereka.

Abu Musa melanjutkan ceritanya, “Suatu hari, tinggallah seorang lelaki yang saleh. Setiap hari ia selalu menghabiskan waktunya untuk beribadah kepada Allah. Dia melakukan hal ini selama 70 tahun.”

“Akan tetapi, suatu hari setan berhasil menggodanya dengan menghadirkan wanita cantik yang sangat memikat,” beliau melanjutkan.

“Lelaki saleh ini pun lalai, dan selama tujuh hari tujuh malam ia menghabiskan waktu dengan wanita cantik ini dan melakukan berbagai macam dosa-dosa besar. Setelah tujuh hari, lekaki saleh ini sadar akan kesalahannya dan meninggalkan wanita cantik tersebut. Dalam setiap langkah, bibir dan hatinya tak pernah berhenti berdzikir dan beristighfar memohon ampun kepada Allah atas apa yang telah ia perbuat.” jelas Abu Musa kepada anak-anaknya.

“Hingga tibalah malam, sementara ia belum sampai juga ke tempat yang dituju. Akhirnya, mencari perlindungan di sebuah tempat yang mana pada tempat tersebut terdapat 12 orang fakir miskin. Saking kelelahannya, dia berbaring di antara mereka,” jelas Abu Musa.

“Kebetulan setiap malam ada seorang dermawan di kota tersebut rutin mengirimkan 12 potong roti untuk 12 pengemis yang ada di sana. Karena dikira salah satu pengemis, si lelaki itu menerima sepotong roti, sedangkan satu pengemis yang biasa menerima roti itu tak dapat bagian.”

“Iba melihat pengemis yang kelaparan, si lelaki itu pun rela memberikan rotinya kepada pengemis yang tidak kebagian jatah walaupun sejatinya ia sendiri sangat lelah dan kelaparan. Keesokan harinya, si lelaki itu meninggal karena kedinginan dan kelaparan.”

“Para malaikat kemudian menimbang amal perbuatan lelaki itu selama hidup dan didapati bahwa amal ibadahnya selama 70 tahun sebanding dengan perbuatan maksiatnya selama 7 hari 7 malam dengan sang wanita.”

“Kemudian, para malaikat mendapati bahwa si lelaki di akhir hayatnya pernah dengan ikhlas, rela berkorban, dan penuh kasih sayang memberikan sepotong roti kepada pengemis yang kelaparan. pahala sedekah sepotong roti itulah yang akhirnya membuat timbangan amal kebaikannya lebih berat, sehingga lelaki itu pun masuk surga.:

Abu Musa mengakhiri kisahnya dengan berpesan kepada anak-anaknya, “Anak-anaku tersayang, ingatlah lelaki dengan sepotong roti itu.” Tutup Abu Musa.

Memetik Hikmah dari Kisah Sepotong Roti

Kisah sepotong roti yang dikisahkan oleh Abu Musa memiliki beberapa hikmah yang dapat kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Berikut adalah beberapa hikmah dari kisah laki-laki dan sepotong roti.

1. Menjauhi perbuatan dosa besar

Melalui kisah diatas, kita dapat memahami bahwasannya dosa besar dapat menghapus segala amal saleh yang telah diperbuat, dengan demikian sebisa mungkin kita harus senantiasa menjauhkan diri dari perbuatan dosa besar seperti menyekutukan Allah, tidak taat kepada orang tua, membunuh, berzina, dan lain sebagainya.

2. Jangan berputus asa dari rahmat Allah

Saat kita menyadari bahwa telah melakukan perbuatan dosa baik dosa kecil maupun dosa besar segeralah bertaubat dan jangan berputus asa dari rahmat Allah, sebaliknya kita harus berpikir positif bahwa Allah akan mengampuni dosa hamba-Nya yang bertaubat dengan taubat yang sungguh-sungguh.

Setelah bertaubat, iringilah taubat tersebut dengan perbuatan baik dan ikhtiar untuk tidak mengulanginya kembali.

3. Jangan menganggap remeh kebaikan

Jangan pernah menganggap remeh sebuah kebaikan sekecil apapun itu, sebab bisa jadi kebaikan yang kecil itulah yang akan menjadi penolong kita di akhirat kelak.

Baca Juga: Cara Mebayar Fidyah Puasa Ramadhan

Dalam kisah diatas, sedekah sepotong roti kepada orang yang kelaparan dan dilakukan dengan hati yang ikhlas menjadi amalan sedekah yang mengantarkan pelakunya ke surga.

Demikianlah kisah yang penuh hikmah dan memiliki banyak pelajaran untuk kemudian di aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Sumber : www.bwi.go.id

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *