fbpx

Table of Contents

Rahmatanlilalamin.or.id – Barang dagangan atau perniagaan merupakan salah satu jenis kekayaan yang harus dizakati, yang mana zakat perdagangan sendiri termasuk ke dalam jenis zakat maal. Zakat ini wajib dikeluarkan oleh pelaku usaha yang mengambil keuntungan dari suatu barang.

Seorang pedangang akan memiliki kewajiban zakat perdagangan setelah aset perdagangannya mencapai haul dan nisab. Zakat yang wajib dikeluarkan adalah sejumlah 2,5% dari aset dagang yang dimilikinya.

Berkaitan dengan haul, terdapat perbedaan pendapat di antara mazhab Hanafi dan Hambali. Madzhab Hanafi berpendapat bahwa perhitungan haul tidak terputus meskipun di awal dan di akhir tahun haul mencapai nisab.

Dalam buku karang Fiqih Sunnah 2 karangan Sayyid Sabiq disebutkan bahwa harta perniagaan atau perdagangan tidak dianggap haul jika tidak mencapai nisab sehingga perhitungan haul baru dimulai saat hartanya mencapai nisab. Sementara waktu sebelumnya tidak masuk dalam hitungan tahun.

“Bila harta perdagangan nilainya kurang dari hisab, kemudian pada pertengahan tahun nilainya meningkat karena kenaikan harga atau memimiliki barang perniagaan lain yang membuat miliknya mencapai hisab, maka perhitungan haul dimulai ketika itu,” tulis Sayyid Sabiq.

Dalil Tentang Zakat Perniagaan

Menunaikan zakat perdagangan atau perniagaan merupakan salah satu kewajiban yang harus ditunaikan oleh pengusaha atau pedagang. Salah satu himah dari menunaikan zakat sendiri ialah memelihara harta agar menjadi bersih, berkah dan berkembang. Berkaitan dengan anjuran membayar zakat, Allah SWT berfirman:

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. At-Taubah: 103).

Di samping itu, menunaikan zakat juga menjadi salah satu bentuk kepedulian terhadap sesama yakni dengan memenuhi hak-hak orang yang membutuhkan. Berkaitan dengan ini, Rasulullah SAW bersabda:

“Peliharalah hartamu dengan menunaikan zakat, obatilah orang-orang sakit dengan bersedekah dan tolaklah bencana dengan do’a.” (HR At-Thabrani)

Adapun hadits Nabi yang berkaitan dengan Zakat  Perdagangan ialah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud sebagai berikut.

“Rasulullah SAW memerintahkan kami agar mengeluarkan zakat dari semua yang kami persiapkan untuk berdagang.” (HR. Abu Daud).

Cara Menghitung dan Simulasi Zakat Perdagangan

Aset perdagangan yang dikenakan zakat dihitung dari asset lancar usaha dikurangi hutang yang berjangka pendek (hutang yang jatuh tempo hanya satu tahun). Jika selisih aset lancar dan hutang tersebut mencapai nisab, maka harta perniagaan tersebut wajib dizakati.

Adapun nisab dari zakat perniagaan ialah senial 85 gram emas dan jumlah zakat yang wajib dikeluarkan adalah 2,5%. Berdasarkan hal itu, perhitungan zakat perniagaan dapat disimpulkan dalam bentuk rumus ini 2,5% x (aset lancar – hutang jangka pendek).

Misalnya, Bapak Diki memiliki aset usaha dagang senilai Rp 250 juta, kemudian bapak Diki juga memiliki utang jangka pendek senilai Rp. 30 juta, jika harga emas adalah Rp. 900 ribu, maka perhitungan zakat perniagaannya adalah sebagai berikut.

Nisab zakat bapak Diki jika harga emas Rp. 900 ribu adalah 85 gram x Rp. 900.000 = Rp. 76.500.000. Berdasarkan hal itu, aset perdagangan bapak Diki wajib dizakati.

Zakat yang wajib dikeluarkan bapak Diki adalah Rp. (250.000.000 – Rp30.000.000) x 2,5% = Rp. 5.500.000.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *